Penanganan Pasca Panen Sayuran dan Ikan Budidaya Akuaponik
Setelah membahas
tahapan panen dari sayuran dan ikan, kali ini kita akan membahas sesuatu yang gak kalah pentingnya dari pembahasan sebelumnya. Tahapan
selanjutnya setelah panen yaitu “Tahap Penanganan Pasca Panen” dari 2 komponen
dalam budidaya akuaponik yaitu ikan dan sayuran. Kenapa sih perlu tahap
penanganan pasca panen?. Karena penanganan pasca panen berperan penting dalam mempengaruhi kualitas ikan dan sayuran yang nantinya akan dikirim
ke konsumen. Selain itu, penangan pascapanen
yang benar dapat membantu menjaga tingkat kesegaran produk sehingga bisa
bertahan lebih lama, tidak mudak rusak selama masa penyimpanan maupun
pengangkutan. Jadi, udah tahu kan pentingnya penanganan
pasca panen. Sekarang kita bahas lebih dalam tentang tahap penangan pasca panen
yukk!!
1. Penanganan Pasca Panen Sayuran
Sayuran
seperti produk hortikultura lainnya, merupakan produk pertanian yang mudah
busuk sehingga penanganannya mulai dari saat panen harus hati-hati agar
kualitasnya dapat terjaga sampai ke tangan konsumen dan memperoleh harga jual
yang tinggi. Bila telah dipanen, tidak ada perlakuan yang dapat meningkatkan
kualitas hasil sayuran, yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kualitas tersebut.
Oleh karena itu penanganan pasca panen harus memperhatikan dan meminimalisir
hal-hal yang menyebabkan penurunan kualitas dan susut panen sayuran tersebut. Sayuran memerlukan penanganan pasca panen yang
bertujuan untuk: (1)
mempertahankan mutu produk sayuran agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, (2) menekan kehilangan hasil karena
kerusakan dan penyusutan, serta (3)
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis sayuran. Tahap
penanganan pasca panen yang di lalui antara lain: Pengumpulan, Penyortiran,
Pencucian dengan air mengalir, Grading,
Pengemasan, Penyimpanan, dan Transportasi.
a) Pengumpulan
Hal yang harus diperhatikan pada kegiatan ini adalah: lokasi
pengumpulan harus dekat dengan
tempat pemanenan sehingga tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas
akibat pengangkutan dari kebun ke tempat pengumpulan. Selain itu, tempat pengumpulan juga harus terlindung dari sinar matahari
agar hasil panen tidak cepat layu karena penguapan.
b) Penyortiran
Semua hasil panen seperti buah dan sayuran akan melalui proses penyortiran yang bertujuan untuk menyeleksi atau memilah
antara produk yang bagus dan memenuhi kreteria pasar modern dengan produk yang
kurang bagus atau cacat. Dari proses penyotiran, kita akan mendapakan hasil
panen yang siap untuk di kirim ke pasar modern yang produknya
berkualitas, semprna (tidak cacat), serta memiliki ukuran dan tampilan yang
seragam.
Dalam proses penyortiran,
hasil panen yang tidak lulus adalah yang tekena hama, penyakit, berjamur,
cacat, rusak, robek. berlubang, tanaman keriting karena perumbuhan terkendala,
dan sebagainya. Sebagai contoh penyortiran
sayuran, sayuran yang lolos penyortiran di pisah dan di letakkan di tempat
tersendiri dengan sayuran yang tidak lolos sortir. Dalam proses
penyortiran kadang juga dilakukan pemisahan antara kelompok yang berukuran
besar dan super (kelompok A) dan kelompok berukuran sedang (kelas B).
Seperti contoh untuk jenis bayam merah, caisim, bayam hijau, kangkung, horenzo,
kailan, yang masuk kategori OSA adalah
yang memiliki ukuran (panjang dan lebar) 32-40 cm sementara yang berukuraan
25-30 cm masuk dalam kategory baby.
c) Pencucian
Tujuan
membersihkan sayuran adalah untuk menghilangkan kotoran, benda-benda asing,
sisa-sisa tanaman yang menempel pada hasil panen, getah dan lain-lain serta agar komoditas sayuran lebih menarik sehingga nilai jualnya lebih
tinggi. Semua
buah dan sayur baiknya di cuci menggunakan air mengalir agar sayuran atau buah
tersebut menjadi higienis.
Setelah
di cuci, tiriskan dan angin-anginkan sampai
kering agar tidak menjamur atau busuk. Proses pencucian ini di lakukan guna
untuk membersihkan dari kotoran yang menempel dan agar sisa-sisa antioksida yang menempel dapat hilang sehingga
aman untuk langsung di konsumsi. Pada beberapa
jenis sayuran tertentu misalnya kubis bunga, dilakukan perempelan (trimming) yaitu memotong atau
menghilangkan bagian tanaman tertentu yang tidak disukai tanaman atau
menyebabkan umur simpan menjadi lebih pendek. Perempelan dilakukan untuk
membuang bagian sayuran yang rusak/luka, warna yang berubah atau cacat
bentuknya agar penampilan komoditas sayuran tetap bagus.
d)
Grading
Grading adalah
memisahkan dan menggolongkan komoditas berdasarkan tingkatan mutu seperti:
berat, ukuran, bentuk dan warna. Grading
dilakukan sesuai dengan mutu yang diminta oleh konsumen. Setelah buah dan
sayuran yang kita cuci tersebut mengering langkah selanjutnya adalah
penimbangan agar semua prodak yang di jual memiliki berat yang sama.
e) Pengemasan
Pengemasan
sayuran harus dilakukan dengan wadah yang sesuai sehingga tujuan pengemasan
dapat tercapai, yaitu: melindungi/mencegah komoditi dari kerusakan mekanis,
menjaga kebersihan, menciptakan daya tarik bagi konsumen, memberikan nilai
tambah produk serta memperpanjang daya simpan produk. Pengemas yang umum
digunakan diantaranya: karton/box, kotak kayu, keranjang bambu, keranjang
plastik, kantong plastik dan jaring/net. Dapat juga di kemas dalam plastik
transparan kedap udara berkapasitas sesuai permintaan pasar, misal 200-250
gram.
Pelabelan
diberikan pada luar kemasan. Pelabelan idealnya berisi nama komoditi dan kelas
mutunya, nama produsen, alamat produsen, tanggal produksi dan tanggal
kadaluarsa serta berat bersih.
f) Penyimpanan
Setelah
pengemasan selesai, biasanya produk akan langsung di jual di pasar, tapi
terkadang yang memiliki hasil panen dalam sekala besar produk tidak bisa
langsung habis. Untuk
produk yang belum habis terjual baiknya di simpan dalam ruang penyimpanan yang
khusus. Biasanya ruang penyimpanan berupa ruang bersuhu rendah antara 5 0 C
– 10 0 C.
Penyimpanan
sayuran dapat memperpanjang kegunaan dan ketersediaan sayuran karena kemunduran
kesegaran dapat diperkecil. Penyimpanan sayuran dapat dilakukan di luar atau di
dalam lemari atau ruang pendingin (refrigerator/cool
storage). Penyimpanan di dalam lemari/ruang pendingin merupakan cara yang
terbaik karena komoditi sayuran memperoleh suhu dan kelembaban relatif yang
optimum sehingga terjaga kesegarannya dalam jangka waktu yang relatif lama.
Penyimpanan sayuran juga dapat dilakukan dengan pengendalian atmosfer dan
pelapisan dengan lilin (waxing).
Sistem penyimpanan di ruang pendingin tidak akan
mempengaruhi rasa, nilai gizi, dan juga penampilan ( ukuran, tektur, dan warna)
pada sayur dan buah hingga kurang lebih 40 hari lamanya. Meskipun demikian
penyimpanan di ruang pendingin itu sifatnya hanya sementara karena tidak bisa
terlalu lama. alangkah baiknya buah dan sayuran segera di jual habis dalam
keadaan segar atau fresh.
g) Transportasi
Karakteristik
jenis produk yang diangkut, lamanya perjalanan serta alat atau sarana
pengangkutan yang digunakan merupakan hal yang harus diperhatikan pada saat
transportasi komoditi sayuran. Bila alat pengangkut tidak berpendingin udara,
hendaknya transportasi sayuran dilakukan pada saat malam atau dini hari. Selain
itu produk sayuran juga hendaknya dijaga dari kemungkinan terjadinya benturan,
gesekan dan tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan
atau menurunnya mutu produk tersebut. Hal ini dapat dihindari dengan pengaturan
tata letak wadah sayuran yang tepat di dalam alat transportasi.
2. Penanganan Pasca
Panen Ikan
Pascapanen hasil perikanan adalah
tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan (pemanenan) hasil perikanan sampai
siap untuk dipasarkan. Dengan kata lain kegiatan pasca panen hasil perikanan
meliputi persiapan, pemanenan, pembersihan, sortasi, pengawetan, pengemasan,
penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya ikan sampai
hasil perikanan tersebut sampai ke tangan konsumen. Penanganan
pascapanen hasil perikanan bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil
panen komoditas perikanan dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna
komoditas perikanan agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku
industri dan kebutuhan masyarakat.
Dalam budidaya
ikan, terdapat dua jenis penangangan pascapanen, yaitu ikan dalam kondisi mati
dan ikan dalam kondisi masih hidup. Kondisi kualitas ikan yang masih hidup
harus dijaga mutu kesegarannya supaya ikan tidak rusak atau menurun
kualitasnya.
1) Pasca panen untuk ikan yang mati
·
Penangkapan harus dilakukan
hati-hati agar ikan ikan tidak luka.
·
Sebelum dikemas, ikan harus
dicuci agar bersih dan lendir.
·
Wadah pengangkut harus bersih dan
tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan
keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak
jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg
dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
·
Untuk menjaga
kualitas daging ikan yang sudah mati dapat menggunakan es, garam, atau freezer. Es yang digunakan
untuk menjaga kondisi ikan adalah bongkahan, pecahan, atau curah. Ikan
diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 0 C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curah) dengan perbandingan jumlah es
dan ikan yaitu 1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan
disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi
dan seterusnya.
Sementara itu, penambahan garam
yang dilakukan untuk mempertahankan mutu ikan sebanyak 2,5—10 persen dari berat
es. Jumlah garam jangan terlalu sedikit karena akan berpotensi mengundang
bakteri. Namun, juga jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan daging ikan
menjadi asin. Penggunaan freezer untuk
mengawetkan sebenarnya lebih dianjurkan karena daging ikan akan lebih terjamin.
Namun, biaya yang akan dikeluarkan lebih mahal dibanding menggunakan es.
2) Pasca panen untuk ikan yang masih hidup
Ikan
yang dipanen masih hidup biasanya adalah benih ikan yang akan dibesarkan oleh
konsumen menjadi ikan konsumsi. Penanganan pasca panen ikan yang masih hidup
terbilang lebih mudah dan biayanya cenderung lebih murah. Pasalnya, ikan tidak
memerlukan perlakuan lebih untuk mempertahankan mutu ikan. Ikan yang akan
dikirim harus dikemas terlebih dahulu dengan wadah dan sistem kemas yang sesuai
dengan karakteristik ikan. Misalnya, sistem kemas tertutup dengan wadah plastik
untuk ikan nila.
·
Dalam
pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0 C.
·
Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
·
Jumlah
kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
Referensi:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2014. Teknik Pemanenan dan Pasca Panen Ikan 2. Diakses pada tanggal 12 Agustus
2020. https://www.academia.edu/37206284/Teknik_Pemanenan_Dan_Pasca_Panen_Ikan_2_Xi_4_1_
Kiswara, D.S. 2016. Penanganan
Ikan Pasca Panen. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2020. https://faktaunikcom.files.wordpress.com/2016/11/leaflet-penanganan-ikan-pasca-panen.pdf
http://mastagiriagro.com/blog/pasca-panen-sayuran/
Diakses pada tanggal 12 Agustus 2020
http://budidayatanaman23.blogspot.com/2018/10/penanganan-pascapanen-cara-menangani.html?m=1
Diakses pada tanggal 12 Agustus 2020
https://www.pertanianku.com/penanganan-pascapanen-ikan-yang-tepat/
Diakses pada tanggal 12 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar