Deep Water Culture (DWC), Model Akuaponik Andalan Pembudidaya
Deep Water Culture atau yang bisa
disebut juga dengan DWC menjadi salah satu model akuaponik yang unik! Wah,
menarik bukan? Model ini juga menjadi salah satu model yang serig diaplikasikan
oleh pembudidaya akuaponik karena sistemnya yang mudah dan sederhana. Lalu,
kira-kira apa saja karakteristik yang harus diperhatikan jika kita akan
menggunakan model ini? Bagaimana cara kerjanya? Serta apa saja yang menjadi
ciri khas model tersebut? Kali ini, kita bahas secara detail model Deep Water
Culture ini yuk!
Deep water Culture termasuk
dalam model budidaya berbasis rakit (raft
technique), sehingga model ini juga dikenal oleh masyarakat dengan sebutan
Rakit Apung. Model ini cukup sederhana dikarenakan tanaman yang dibudidayakan
dibuat terapung di atas rakit yang telah diberi lubang sesuai dengan ukuran pot
tanaman. Istilah Deep Water Culture
disematkan dalam metode ini karena akar tanaman terendam dalam larutan air yang
kaya akan oksigen dan nutrisi. Nutrisi sangat berperan dalam setiap metode
akuaponik, tidak terkecuali dalam model ini. Kebutuhan nutrisi dan oksigen
dapat dipenuhi melalui kolam ikan yang diintegrasikan dengan sistem budidaya
tanaman di atasnya. Deep Water Culture
juga menjadi salah satu sistem yang paling sering digunakan dalam budidaya
tanaman komersial dan skala yang lebih besar. (Untara, 2014)
CARA KERJA
(Source: gardendery.com)
Menurut (Prambudi, 2017) cara
kerja sistem ini yaitu dengan memompa air yang berasal dari tangki ikan menuju
sistem filtrasi. Dimana, setelah melewati proses filtrasi, air akan dipompa
menuju rakit apung yang berisi tanaman. Rakit apung yang dimaksud adalah tempat
terapung yang digunakan menjadi media tanaman dan umumnya terbuat dari gabus (Styrofoam/Kayu/Bambu). Pada sistem Deep Water Culture, hal utama yang harus
diperhatikan adalah air di dalam talang atau gully harus tersaring dari
limbah padat apapun sebelum menyentuh tanaman serta kolam ikan dan kolam
tanaman harus dipisahkan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya media pertumbuhan
dan mengacu seperti sistem tanam “Aeroponic”.
Terdapat 3 jenis metode dalam
penerapan DWC :
●
Dengan Mesin
Sistem yang menggunakan mesin,
harus memperhatikan agar pompa tetap dalam keadaan menyala selama 24 jam atau
selama akar tanaman tidak kering. Hal tersebut mencegah adanya pembusukan dan
kematian pada tanaman.
●
Tanpa Mesin
Pada DWC tanpa mesin, model ini
hanya menggunakan “rakit apung” yang diletakkan diatas permukaan air kolam.
●
Kombinasi
Penggunaan kombinasi antara
metode dengan mesin dan tanpa mesin sangat dianjurkan karena bisa lebih optimal
baik dari segi biaya maupun teknis perawatannya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:
●
Tanaman mendapat
suplai air dan nutrisi secara terus menerus.
●
Lebih menghemat air
dan nutrisi.
●
Mempermudah perawatan
karena tidak perlu melakukan penyiraman.
●
Biaya pembuatan cukup
murah.
Kekurangan:
●
Oksigen akan susah
didapatkan tanaman tanpa bantuan alat seperti aerator atau airstone.
●
Akar tanaman lebih
rentan terhadap pembusukan.
●
Tidak cocok untuk
tanaman berat, besar atau menjalar.
●
Suhu air sering
menjadi hangat dan berpengaruh pada kondisi perakaran.
TANAMAN YANG SESUAI UNTUK SISTEM DWC
(Source: majalahasri.com)
Tanaman yang paling cocok untuk
dibudidayakan dengan sistem DWC adalah tumbuhan yang memiliki umur panen singkat
seperti varietas selada. Tanaman yang umum
dibudidayakan dengan menggunakan metode ini adalah tanaman sayuran, khususnya
selada (lettuce) sehingga ada juga
yang menyebut kultur Rakit Apung ini dengan sebutan Lettuce Culture. (Max,2019).
Referensi
Max. 2019. Deep Water Culture
(DWC) - The Definitive Guide. Tersedia di https://www.greenandvibrant.com/deep-water-culture (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB)
Prambudi, K.A. 2017. Aquaponic –
2 Sistem Budidaya Terpadu. Tersedia di https://kokakurui.wordpress.com/2017/10/17/aquaponic-2-sistem-budidaya-terpadu/ (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB)
Untara, T. 2014. Pertanian
Modern. Tersedia di http://berkebunhidroponik.go.id (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB).
Komentar
Posting Komentar